Oleh: Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Lukman حفظه الله تعالى

Ilmu adalah apa yang difirmankan oleh Alloh, disabdakan oleh Rasululloh serta disebarkan oleh para ‘Ulama mulai dari generasi Shahabat sampai beberapa generasi  setelah mereka. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu tentang syari’at agama yang mulia ini bukan yang lain. Ilmu yang didalamnya terdapat banyak pujian dan sanjungan. Pada edisi kali ini penulis mencoba menggoreskan penanya untuk menjelaskan betapa agung dan besarnya keutamaan ilmu syar’I, karena melihat kondisi manusia dewasa ini yang memandang sebelah mata ilmu syar’I dan lebih senang terhadap ilmu duniawi.

A.   DEFINISI ILMU

Wajib bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu. Ilmu bila dimutlakkan dan datang nash-nash yang menjelaskan pujian dan keutamaannya, maka yang dimaksud adalah ilmu syar’i.

Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar:  “Yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu syar’i, ilmu yang berfaidah untuk mengetahui kewajiban seorang hamba berupa perkara agama, baik dalam ibadah maupun pergaulannya sehari-hari. Ilmu yang berbicara tentang Alloh dan sifat-sifatNya, serta apa yang wajib bagi dirinya dalam menjalankan perintah Alloh, mensucikan Alloh dari segala kekurangan, ilmu yang demikian berkisar pada ilmu tafsir, hadits dan fiqh.(Fathul Bari 1/187).

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-‘Utsaimin berkata: “Dan yang menjadi perhatian kita tentang ilmu adalah ilmu syar’i yaitu ilmu yang Alloh turunkan kepada RasulNya yang mulia berupa penjelasan dan petunjuk. Ilmu yang didalamnya terdapat pujian dan sanjungan dan itu hanya ada pada ilmu wahyu. Nabi bersabda: “Barang siapa yang Alloh kehendaki kebaikan maka Alloh akan faqihkan dia dalam agama”. Nabi juga bersabda: “Ulama adalah pewaris para Nabi,  para Nabi tidaklah mewariskan dinar atau dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu maka barang siapa yang mengambilnya sungguh ia telah mengambil bagian yang banyak”. Dan telah diketahui bersama bahwa warisan para Nabi adalah ilmu syar’i tidak ada yang lain, bahkan Nabi Muhammad tatkala tiba di Madinah beliau mendapati para shahabatnya mengawinkan kurma, Rasulullahpun menyarankan agar hal itu ditinggalkan, seketika itu juga para shahabat menaatinya, akan tetapi hasilnya kurma tersebut rusak. Kemudian Nabi bersabda: “Kalian lebih tahu terhadap urusan dunia kalian”. Andai saja ilmu mengawinkan buah adalah ilmu yang dipuji tentulah Rasulullah orang yang paling tahu diantara manusia, karena kebanyakan yang dipuji dalam masalah ilmu dan amal adalah Rasululloh”.(Kitab I’lm hal.14).

Dari uraian diatas dapat kita pahami bahwa ilmu yang didalamnya terdapat banyak keutamaan, dipuji oleh Alloh dan rasulNya adalah ilmu syar’i, bukan ilmu duniawi. Ilmu dunia hanyalah sebagai sarana penunjang untuk beribadah dan menjalankan ketaatan kepada Alloh, maka tidaklah pantas kita menyibukkan diri dengan ilmu dunia dan lalai dengan ilmu syar’i.

Alloh berfirman:

يَعْلَمُونَ يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ غَافِلُونَ 

“Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang kehidupan akherat adalah lalai”.(Ar-Ruum 7).

Imam Hasan Al-Bashri berkata: “Demi Alloh sampai-sampai salah seorang dari mereka membalik-balikan dirham diatas kukunya, lalu mengabarkan berat timbangannya kepadamu akan tetapi mereka tidak becus shalatnya”.(Tafsir Qur’an Azhim 3/399).

Imam Ibnu Katsir mengomentari ayat diatas beliau berkata: “Mayoritas manusia yang ada pada  mereka hanyalah ilmu dunia dan usaha-usaha yang mereka cari serta segala perkara yang bersangkutan didalamnya. Mereka cerdas dan unggul dalam mewujudkannya dan berhasil usahanya akan tetapi mereka lalai terhadap perkara akherat dan segala perkara yang bermanfaat bagi mereka di kampung yang abadi, ibaratnya mereka orang yang lalai yang tidak punya otak dan akal”.(Tafsir Qur’an ‘Azhim 3/399).

Syaikh Amin Asy-Syinqithi berkata: “Sungguh Allah telah menjelaskan dalam ayat yang mulia Bahwa kebanyakan manusia tidaklah mengetahui, termasuk dalam golongan ini adalah orang-orang yang berkecimpung dengan ilmu dunia. Sungguh Alloh telah menafikan label ilmu dengan makna yang sebenarnya dari mereka, karena tidaklah mereka mengetahui sedikitpun tentang yang menciptakan,  yang memberi rizki, yang menciptakan mereka dari yang asalnya tidak ada menjadi ada, tidaklah mereka mengetahui bahwa Dialah yang akan mematikan dan mengidupkan, membalas amalan-amalan, mereka tidak menyadari tempat kembali yang terakhir, yang mana Alloh akan menegakkan balasan yang abadi, memberi siksa yang pedih dan selama-lamanya. Maka barang siapa yang lalai dari semua ini bukanlah ia termasuk orang yang berilmu sebagaimana ditunjukkan dalam ayat ini. Kemudian tatkala Alloh menafikan label ilmu yang sebenarnya dari mereka, Alloh menetapkan jenis ilmu yang hina dibandingkan dari selainnya. Alloh menghina jenis ilmu ini dari dua segi;

Yang pertama; sempit dan sedikitnya cakupan ilmu tersebut, karena tidak melebihi kecuali sekedar mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, ilmu yang demikian adalah ilmu yang rendah, sempit cakupannya dibandingkan dengan ilmu mengetahui pencipta langit dan bumi, ilmu mengetahui perintah dan laranganNya, ilmu yang mendekati dan menjauhi kepada Alloh serta apa saja yang dapat mengekalkan didalam kenikmatan yang abadi dan menjauhi dari kekelan adzab berupa kebaikan dan kejelekan.

Yang kedua; rendahnya tujuan ilmu tersebut dan tidak ada mulianya, karena ilmu tersebut tidak lebih kecuali mengetahui perkara yang lahir saja dari kehidupan dunia, dan ilmu yang demikian cepat terputus dan punah”.(Adhwa’ul Bayan 6/166).

B.    KEUTAMAAN ILMU

Sungguh Alloh telah memuji ilmu dan pemiliknya serta menganjurkan para hambanya agar berbekal dengan ilmu tersebut, diantara keutamaan ilmu adalah:

  1. Alloh mengangkat derajat ahli ilmu

Berdasarkan firmannya:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ 

“Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Al-Mujaadilah 11).

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Dikatakan dalam tafsirnya bahwa Alloh akan meninggikan derajat orang mukmin yang berilmu daripada orang mukmin yang tidak berilmu, ditinggikannya derajat menunjukkan keutamaan, maksudnya adalah pahala yang berlimpah yang akan mengangkat derajatnya. Makna mengangkat derajat bermakna umum mencakup didunia dengan tingginya kedudukan dan kemuliaan ,dan diakherat dengan tingginya kedudukan di surga .(Fathul Bari 1\186)

  1. Orang yang bodoh dan berilmu tidak sama

Berkata Imam Ibnul Qoyyim : “Alloh meniadakan persamaan antara orang yang berilmu dengan selainnya, sebagai mana Alloh menegaskan tidak samanya antara penduduk surga dan penduduk neraka. Alloh berfrman :

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Katakanlah adakah sama antara orang  yang mengetahui dengan orang orang yang tidak mengetahui?”(Az- Zumar 9). Alloh juga berfirman:

لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِۚ

“Tiada sama penghuni neraka dengan penghuni surga”.(Al Hasyr 20). Semua ini menunjukkan keutamaan dan kemulian ahli ilmu”. (Miftah Daar Sa’adah 1/221)

  1. Persaksian Alloh untuk orang yang berilmu

Berdasarkan firman Alloh:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِۙ قَائِمًا بِالْقِسْطِۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ  

“Alloh menyatakan bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian”.(Ali ‘Imron 18).

Imam Asy-Syaukani berkata: “Didalam ayat diatas terdapat keutamaan yang agung bagi ahli ‘ilmu, kedudukan yang mulia karena dekatnya mereka dengan nama Alloh dan para malaikat. Maksud dari ahli ilmu adalah orang-orang yang berilmu dengan kitab dan sunnah serta segala sesuatu yang mendukung untuk mengenal keduanya, karena bukanlah ilmu yang tidak mengandung didalamnya kitab dan sunnah”.(Fathul Qodir 1/325).

  1. Alloh memerintahkan NabiNya untuk meminta tambahan ilmu.

Alloh berfirman:

وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا 

“Dan katakanlah: “Ya Robbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”(Thoha 114).

Ayat ini sangat gamblang menunjukkan keutamaan ilmu, karena Alloh tidaklah memerintahkan Nabinya untuk meminta tambahan pada sesuatu kecuali dalam hal ilmu.(Fathul Bari 1/187).

  1. Ahli ilmu orang yang takut kepada Alloh

Berdasarkan firmannya:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُۗ

“Sesungguhnya yang takut kepada Alloh diantara hamba-hambanya, hanyalah Ulama”.(Faathir 28).

Shahabat mulia Ibnu Mas’ud berkata: “Cukuplah takut kepada Alloh sebagai ilmu, dan cukuplah tertipu kepada Allah sebagai kebodohan”.(Miftah Darr Sa’adah 1/225).

Sebagian salaf berkata: “Bukanlah ilmu itu dengan banyak meriwayatkan, akan tetapi ilmu adalah menghadirkan rasa takut, sebagian yang lain berkata: “Barang siapa yang takut kepada Alloh maka dia adalah orang yang berilmu, barang siapa yang memaksiatiNya maka dia adalah orang yang jahil”.(Fadhl ‘Ilm Salaf ‘Alal Kholaf hal.46-47).

  1. Anjing yang terdidik buruannya halal

Ini juga sebagai dalil atas kemuliaan ilmu, bahwasanya Alloh menghalalkan hasil buruan anjing yang terdidik, dan mengharamkan buruan dari anjing yang liar. Maka hal itu sebagai dalil atas mulianya ilmu dan keutamaannya. Alloh berfirman:

يَسْأَلُونَكَ مَاذَا أُحِلَّ لَهُمْۖ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُۙ وَمَا عَلَّمْتُم مِّنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللَّهُۖ فَكُلُوا مِمَّا أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِۚ وَاتَّقُوا اللَّهَۚ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ 

Mereka menanyakan kepadamu: “Apakah yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah: “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan buruan yang ditangkap oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu, kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Alloh kepadamu, maka makanlah dari apa yang ditangkangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Alloh atas binatang buas itu waktu melepasnya. Dan bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh amat cepat hisab-Nya”.(Al-Maa-idah 4). Lihat pula Miftah Darr Sa’adah 1/236.

  1. Ilmu merupakan nikmat yang paling mulia.

Alloh berfirman:

وَأَنزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُن تَعْلَمُۚ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا

“Dan Alloh telah menurunkan kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Alloh sangat besar atasmu”.(An-Nisa 113).

Imam Asy-Syaukani berkata: “Maksudnya Alloh mengajarkan kamu berupa wahyu yang kalian belum mengetahuinya, dan adalah karunia Alloh sangat besar atasmu karena tidak ada keutamaan yang paling agung dibandingkan dengan Nubuwwah dan turunnya wahyu”.(Fathul Qodhir 1/514).

  1. Ilmu adalah cahaya

Ilmu adalah cahaya yang tertanam dalam hati, dan hal itu dapat terhapus dengan maksiat. Imam Syafi’I berkata:

شَكَوْتُ إِلىَ وَقِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ

            فَأَرْشَدَنِيْ إِلَى تَرْكِ اْلمَعَاصِيْ

وقَالَ: اِعْلَمْ بِأَنَّ اْلعِلْمَ نُوْرٌ

            وَ نُوْرُ اللهِ لاَ يُؤْتَاهُ عَاصِي

“Aku mengadu kepada guruku  Waqi’ tentang jeleknya hapalanku

Maka beliau memerintahkanku untuk meninggalkan maksiat

Dan ia berkata: “Ketauhilah ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya Alloh tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat”.(Atsar Dzunub Wal Ma’ashi hal.16 oleh Ibnul Qoyyim).

  1. Faqih dalam agama termasuk tanda kebaikan

Rasululloh bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ اْلدِّيْنِ

“Barangsiapa yang Alloh kehendaki kebaikan, maka Alloh akan faqihkan ia dalam agamaNya”.(HR.Bukhori 71, Muslim 1037).

Imam Nawawi berkata: “Didalam hadits menunjukkan keutamaan ilmu dan faqih dalam agama serta anjuran untuk menekuninya, karena ilmu dapat menuntun menuju ketakwaan”.(Syarah Shohih Muslim 7/104).

 

  1. Orang yang berilmu lebih utama dari ahli Ibadah

Rasululloh bersabda:

وَ إِنَّ اْلعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِيْ اْلسَّمَاوَاتِ وَ مَنْ فِيْ اْلأَرْضِ حَتىَّ اْلحِيْتَانُ فِيْ اْلمَاءِ, وَ فَضْلُ اْلعَالِمِ عَلىَ اْلعَابِدِ كَفَضْلِ اْلقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلىَ سَائِرِ اْلكَوَاكِبِ

“Orang yang berilmu, ia akan dimintakan ampun oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada didalam air. Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah bagaikan bulan dimalam purnama atas seluruh bintang”.(HR.Abu Dawud 3641, Tirmidzi 2682, Ibnu Majah 223, Ahmad 5/196. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Shohih Targhib 1/138).

  1. Menuntut ilmu jalan menuju surga

Sebagaimana sabdanya:

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلىَ اْلجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka akan Alloh mudahkan jalannya menuju surga”. (HR.Muslim 2699, Abu dawud 3643, Tirmidzi 2646, Ibnu Majah 225, Darimi 1/99).

Berkata Al-Hafizh Ibnu Rojab: “Sabdanya Maka Alloh akan mudahkan jalannya menuju surga dengan Alloh mudahkan ilmu yang ia cari, Alloh akan mudahkan perjalanannya menuntut ilmu, karena ilmu jalan yang menghantarkan ke dalam surgaNya”.(Jami’ ‘Ulum wal Hikam 2/297).

  1. Penuntut ilmu bagaikan seorang mujahid

Berdasarkan hadits:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ: مَنْ دَخَلَ مَسْجِدَنَا هَذَا لِيَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ لِيُعَلِّمَهُ كَانَ كَالْمُجَاهِدِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ, وَ مَنْ دَخَلَهُ لِغَيْرِ ذَلِكَ كَانَ كَالْنَّاظِرِ إِلى مَتَاعِ غَيْرِهُِ

Dari Abu Hurairah bahwasanya ia mendengar Rasululloh bersabda: “Barangsiapa yang masuk masjid kami untuk belajar atau mengajarkan kebaikan maka ia seperti seorang mujahid di jalan Alloh dan barangsiapa yang masuk masjid untuk selain itu, maka ia seperti orang yang melihat perhiasan orang lain”.(HR.Ibnu Majah 227, Ahmad 2/350, Hakim 1/91, Ibnu Hibban 87, Ibnu Abi Syaibah 12/209. Dishohihkan oleh Al-Albani dalam Shohih Targhib 1/146).

Berkata Ibnu Abdil Barr: “Dan goresan pena-pena mereka lebih suci dan lebih utama dari darah syuhada, wahai penuntut ilmu Nabi tidaklah kalian sama dengan yang lain”.(Jami’ Bayan Ilmi 1/31).

  1. Pahala yang tidak terputus

Berdasarkan hadits:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَامَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ أَوْ عِلْمٌ يَنْتَفِعُ بِهِ أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ

Dari Abu Hurairoh  bahwasanya Rasulullah bersabda : “Apabila seorang anak adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara; shodaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya”.( HR.Muslim 1631).

  1. Ilmu menjaga tidak dijaga

Berkata Syaikh Ibnu U’tsaimin: “Ilmu tidak memberatkan pemiliknya untuk menjaganya, karena apabila Alloh memberi rizki berupa ilmu maka tempatnya adalah di dalam hati tidak butuh penjaga atau kunci, akan tetapi apabila berupa harta engkaulah yang menjaganya, engkau simpan dalam laci-laci yang terkunci”.(Kitab ‘Ilm hal.18)

C. ATSAR SALAF TENTANG KEUTAMAAN ILMU

Shahabat mulia Ali bin Abi Tholib berkata: “Bukanlah kebaikan itu dengan banyaknya harta dan anak, akan tetapi kebaikan adalah dengan banyaknya ilmu dan agungnya akhlakmu, serta tidaklah engkau membanggakan diri dalam ibadah kepada Alloh dihadapan manusia. Apabila engkau telah memperbagusnya maka engkau memuji Alloh, dan apabila engkau tidak memperbagusnya maka engkau meminta ampun kepadaNya”..(Nadhrotun Na’im 5/1748-lihat Majalah tauhid edisi Rojab 1425 H).

Berkata Muadz bin Jabal : “Dengan ilmu dapat terjalin silaturahmi, diketahui halal dan harom, ilmu adalah imamnya sedangkan amal pengikutnya, diberikan kepada orang-orang yang berbahagia dan tercegah dari orang-orang yang merugi”. (Muqaddimah Fil ‘Ulum Asy-Syar’iyyah hal. 28).

Berkata Imam Ahmad: ”Manusia lebih butuh ilmu dari pada makan dan minum, karena seseorang butuh makan dan minum sekali atau dua kali dalam sehari, tetapi kebutuhannya terhadap ilmu sepanjang hayatnya”.(Madarijuss Salikin 2/490).

Imam Asy-Syafi’I berkata: “Tidak ada satupun yang lebih utama setelah menunaikan kewajiban selain menuntut ilmu”.(Miftah Darr Sa’adah 1/391).

D. SEMANGAT ULAMA DALAM MENUNTUT ILMU

Cukuplah disini kami paparkan satu kisah ulama yang sangat berharga yang menunjukkan semangat mereka dalam menuntut ilmu.

Berkata Abu Muhammad Abdurrahman bin Abi Hatim: “Kami berada di Mesir selama tujuh bulan dan tidaklah kami makan kecuali sedikit dari makanan. Siang hari kami habiskan dengan menemui para guru untuk menuntut ilmu, malam harinya kami menghapal dan mencocokinya. Suatu ketika aku dan temanku berangkat untuk menemui seorang guru, tetapi ada yang berkata: “Dia sedang sakit!” maka kami pun kembali pulang. Ketika dalam perjalanan pulang, kami menjumpai seekor ikan yang menarik hati, maka kamipun sepakat untuk membelinya. Setibanya dirumah kami harus kembali lagi karena waktu belajar dengan guru yang lain telah tiba, kamipun meninggalkan ikan tersebut selama tiga hari hingga kami dapati ikan tersebut hampir busuk, kamipun mulai memakannya setengah matang karena kami tidak sempat untuk membakarnya lebih lama, kemudian beliau berkata: “Tidaklah ilmu itu didapat dengan bersantai-santai”.(Tadzkirotul Huffazh 3/830 oleh Imam Adz-Dzahabi).

Sebagai penutup, ingin rasanya penulis sampaikan sebuah nasehat bagi para penuntut ilmu agar mereka lebih semangat kembali dalam menapaki jalan menuntut ilmu ini. Sebuah nasehat yang berharga yang disampaikan oleh Imam Adz-Dzahabi beliau berkata: “Kita memohon kepada Alloh ilmu yang bermanfaat, tahukah kamu apa itu ilmu yangbermanfaat? Yaitu ilmu yang berupa wahyu yang diturunkan melalui Al-Qur’an, yang ditafsirkan oleh Rasululloh secara perkataan ataupun perbuatan, maka wajib bagimu wahai saudaraku untuk merenungi kitabulloh, memusatkan perhatian terhadap kitab As-Shohihain(Bukhori-Muslim), sunan Nasa’I, Riyadhuss Sholihin dan Al-Adzkar yang keduanya karya Imam Nawawi, maka engkau akan berhasil dan selamat. Waspadalah terhadap pemikiran orang-orang filsafat, orang-orang sufi yang pura-pura juhud lagi waro’, karena setiap kebaikan dalam mengikuti agama yang lurus lagi mudah. Semoga Alloh melimpahkan karuniaNya kepada kita semua, Ya Alloh tunjukilah kami jalanMu yang lurus.(Siyar A’lam Nubala 19/340).

Social Media

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on telegram
Telegram
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on print
Print
Share on email
Email
Ahsan Muslim Media

Ahsan Muslim Media

Mendekatkan Keluarga Kepada Sunnah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

On Key

Related Posts

Tanda Kebaikan Islam Seseorang

Oleh : Fariq Gasim Anuz حفظه الله تعالى Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shalallallahu alihi wa sallam telah bersabda yang artinya: “Termasuk

Artikel & Status Nasehat

┈┉━━━ ❁ ﷽ ❁ ━━━┉┈ 🔰 Artikel & Status Nasihat 🔰 📝 Adab Terhadap Orang Tua Dan Guru 🗒️ Adab dalam menuntut ilmu adalah sebab

Menjaga Perasaan Orang Lain

Oleh Ustadz Fariq Gasim Anuz حفظه الله تعالى Dari Ibnu Mas’ūd radhiallahu anhu beliau berkata: Rasūlullāh Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang